Askep Bronchopneumonia Pdf

  1. A Skep Broncho Pneumonia Pada Anak

Intoleransi aktivitas merupakan penurunan kapasitas fisiologi seseorang untuk mempertahankan aktivitas sampai tingkat yang diperlukan. Sedangkan menurut Nanda (2001-2002: 13) intoleransi aktivitas merupakan penurunan kapasitas fisiologi seseorang untuk mempertahankan atau yang dibutuhkan untuk melengkapi atau keinginan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Masalah ini muncul pada Tn. H didukung dengan data keadaan umum pasien lemah, kebutuhan dibantu oleh keluarga dan perawat. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan, mengkaji tingkat ketergantungan pasien, mendekatkan barang-barang yang dibutuhkan pasien, membantu aktivitas pasien, kekuatan meminimalkan kelelahan pada pasien, kelemahan: jika terlalu lama maka akan meninbulkan ketergantungan dengan orang lain. Intervensi di atas dapat dilakukan karena pasien dan keluarga mau diajak bekerjasama, menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap belum dilaksanakan karena pasien masih lemah. Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka ditemukan evaluasi pada tanggal 05 Juni 2008 jam 11.30 WIB dengan intoleransi aktivitas teratasi sebagian dilanjutkan intervensi kolaborasi dengan keluarga dalam pemenuhan aktivitas pasien, bantu perawatan diri yang diperlukan, berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung.

Libatkan keluarga dalam setiap tindakan 4. Berikan minum per oral 5. Ganti pakaian yang basah oleh keringat 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penurun panas. Diagnosa 6 Tujuan: Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan KH: Orang tua klien mengerti tentang penyakit anaknya. Rencana tindakan: 1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya 2.

Nineteen pathologists contributed one or more cases each by the end of case collection. All child deaths were equally likely to be included in the study. The deaths included diagnoses of child abuse, suspected child abuse, apparent accidental trauma, and apparent natural death. History, autopsy findings, and ocular findings were gathered and reviewed for the more general study. The immediate rather than the underlying cause of death was chosen to select the subgroup.

Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen. BAB I LAPORAN PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pneumonia merupakan suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur atau. Jan 13, 2012  Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris. Knight rider 2000 full movie version 1.

Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen.

Creative game port driver windows 7 64 bit download. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan ciri sex sekundernya. Perkembangan menitikberatkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi. Motorik kasar 1.

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan kapiler alveoli. 3) Defisit volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan. 4) Resti pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat.

Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang. Infeksi sitemik e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. • Tumbuh kembang anak usia 6 – 12 tahun Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel.

Ciptakan lingkungan / nyaman sehingga pasien dapat tidur dengan tenang 5. Beri posisi yang nyaman bagi pasien 6.

In the total group, 76 survived more than a day. Of these 39 had bronchopneumonia, 32 died of head injury, and 7 had other causes of death. Of the children surviving less than a day, 4 had bronchopneumonia at death—only 1 with head injury. If bronchopneumonia is present, it is more likely to have developed after the collapse than to have caused it in this population. One hundred seventy-five of nearly 400 deaths of young children investigated at the Dallas County Medical Examiner’s Office from 1982 to 1989 were studied prospectively. Case selection depended on random assignment of cases and on the prosector’s willingness to participate in the study.

Frequency of Bronchopneumonia in Children With Survival Interval Before Death Many children do not survive after presentation in extremis. Some survive varying intervals and are found to have bronchopneumonia at death. The question is raised whether bronchopneumonia is a consequence of survival rather than the initiating disease leading to collapse. A prospective study of the deaths of 156 children divided them into two groups: 80 children with head injury and 76 with causes of death other than sudden infant death syndrome. In 43 of the total group of children, bronchopneumonia was found.

Virus: Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.Jamur: Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing. Bakteri dan virus penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema, sehingga akan mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya sel PMN (polimofonuklear) fibrin eritrosit, cairan edema dan kuman alveoli. Kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibril dan leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang cepat dilanjutkan stadium resolusi dengan meningkatnya jumlah sel makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya febrio serta menghilangkan kuman dan debris (Mansjoer, 2000: 966).

Bronchopneumonia was identified at autopsy in 43 of this group of children. Head injury accounted for 33 of the deaths (77%). Most of these children (32) survived more than a day after the initial presentation.

Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna. Fatofisiologi Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan.

Bakteri (streptokokkus pneumonia, streptokokkus piogenes, stafilokokkus aureus, klebsiela pneumonia, eschericia coli, sedangkan dari virus yaitu (influenza virus, Respiratory Syntial Virus (RSV), jamur yaitu (aspergillus, fikomisetes, blastomises dermatitidis, selain itu dapat juga disebabkan bahan lain misalnya inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau uap kimia seperti berilium, inhalasi bahan debu yang mengandung alergen, radiasi, daya tahan tubuh yang menurun (Alsagaff, 2006: 122-123). Penyebab dari bronchopneumonia adalah bakteri dengan virulensi rendah, seperti yang ditemukan pada penderita dengan imunosupresi dimana bakteri tidak akan menyebabkan sakit yang serupa pada individu sehat dan sakit, organisme penyebab adalah stafilokokkus, streptokokkus, haemophyilus influenzae koliform dan jamur (Underwood, J.C.E, 1999: 13-14). Menurut Smeltzer (2001: 211) virus, jamur, bakteri masuk ke alveoli dan ke bronkioli melalui inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi organisme dari nasofaring, sirkulasi dari infeksi sistemik, invasi bakteri ke bronkioli dan alveolar menyebabkan inflamasi saluran pernapasan maka akan terjadi peningkatan jumlah kapiler dan peningkatan sekresi kelenjar mukosa.

Jamur: Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.

Rencana tindakan: 1. Kaji status nutrisi klien 2. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen klien (auskultasi, perkusi, palpasi, dan inspeksi) 3. Timbang BB klien setiap hari.

Askep

Dapat mengekpresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri 3. Selalu ingin tahu alasan tindakan 4. Berusaha independen dan produktif Reaksi orang tua 1.

Children whose immediate cause of death was head injury were selected for comparison with the remainder of the group. Head injury included both abusive and nonabusive head injury. Three children whose underlying cause of death was head injury were included in “other causes.” In these children, the immediate cause of death was a consequence of the head injury but death came by a different mechanism than in the remainder of the head-injured group.

Evaluasi Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Brochopneumonia dalah: a. Pertukaran gas normal.

Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan adalah melakukan auskultasi bunyi nafas untuk membantu penurunan aliran udara yang terjadi pada daerah konsolidasi dengan cairan, didapatkan bunyi nafas vesikuler, respiratory rate 20 x/menit, mengajarkan teknik nafas dalam, batuk efektif dan fisioterapi dada, kekuatan: Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas pasien (Doenges, 1997: 167), kelemahan: pada saat melakukan fisioterapi dada harus berhati hati jika tidak maka akan terjadi trauma pada kulit dan struktur muskuloskeletal di bawahnya, selain itu jika dilakukan terlalu sering pasien merasa kurang nyaman (Potter, 1245: 2005) didapatkan sekret keluar purulen, menganjurkan minum air putih hangat untuk menurunkan spasme bronkus dengan mobilisasi sekret (Doenges, 1999: 167). Dalam melaksanakan tindakan ini bekerjasama dengan perawat ruangan dan dengan fasilitas yang ada sehingga pelaksanaan dapat berjalan lancar. Sedangkan intervensi terakhir tidak dapat dilakukan pada saat itu yaitu kolaborasi dalam pemberian obat pengencer dahak tetapi sudah didelegasikan ke tim perawat yang jaga berikutnya. Setelah beberapa tindakan dilakukan maka ditemukan evaluasi pada tanggal 05 Juni 2008 pada jam 11.30 pasien tampak rileks setelah dahak dapat keluar maka masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian.

Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai dengan infeksi saluran bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia dan kesulitan menelan. • Pemeriksaan penunjang 1. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar. Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.000 – 40.000 / m dengan pergeseran LED meninggi. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. • Penatalaksanaan Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg sehari atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari.

A Skep Broncho Pneumonia Pada Anak

Pengkajian a. Riwayat kesehatan 1) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya: batuk, pilek, demam. 2) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah. 3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.

Diafragma berkontraksi, bergerak ke arah bawah dan mengembangkan rongga dada dari atas ke bawah. Otot-otot interkosta eksternal menarik iga dari atas keluar yang mengembangkan rongga dada ke arah samping kiri dan kanan, dengan begitu pleura parietal ikut mengembang diikuti oleh pleura viseral, yang menyebabkan tekanan intrapulmonal turun di bawah tekanan atmosfer dan udara masuk melalui hidung dan akhirnya sampai alveoli (Asih, 2003: 11). Otot – otot yang digunakan untuk inspirasi adalah difragma (paling utama), muskulo intercostalis externus, muskulo scaleneus, muskulo sternocleidomastoideus dan muskulo pectoralis minor (Alsagaff, 2006:13). Penyebab dari bronchopneumonia hampir mirip dengan pneumonia diantaranya disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur.

Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (jamur, bakter, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin dan sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya mikroorganisme akan masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini akan masuk ke saluran pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana saat terjadi peradangan ini tubuh akan menyesuaikan diri sehingga timbulah gejala demam pada penderita.

Hidung adalah pintu masuk pertama udara yang kita hirup. Udara keluar melalui sistem pernafasan yaitu hidung yang terbentuk atas dua tulang hidung dan beberapa kartilago. Terdapat dua pipi pada dasar hidung-nostril (lubang hidung), atau nares eksternal yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengah. Lapisan mukus hidung adalah sel epitel bersila dengan sel goblet yang menghasilkan lendir dan juga sebagai sistem pembersih pada hidung(Asih, 2003: 2). Zat mukus yang disekresi hidung mengandung enzim lisosom yang dapat membunuh bakteri (Alsagaff, 2006: 9). Laring menghubungkan trakhea dengan faring (Underwood, J.C.E,:1999: 14). Laring sering disebut kotak suara fungsinya untuk berbicara, selain itu juga untuk mencegah benda padat agar tidak masuk ke dalam trakhea.

Posted on